Senin, 17 Maret 2014


Gawat! Indonesia masih monoritas di Qatar.

Bermula pada status saya yang menyinggung tentang kesamaan etnis antara orang Indonesia dengan Filipina. Status yang berisi foto yang saya share di sebuah grup facebook  terbuka khusus expatriate di  Qatar. Foto yang tadinya saya buat karena  iseng bin asal jepret ini, bertemakan tentang banyaknya orang di Qatar yang beranggapan bahwa saya berasal dari Filipina. Ternyata, tanpa diduga status yang konyol ini mengundang banyak kontroversi  dari berbagai kalangan (ce' ilee,,, kayak berita aja). 
Saya ambil secarik kertas, dan bertuliskan seperti ini : "SORRY.. I AM INDONESIAN, NOT FILIPINO...!". Lalu saya tempel kertas itu dengan ke dua tangan saya tepat di dahi saya. KLIK, foto pun melayang ke halaman facebook grup itu.

*Untuk lebih jelasnya bisa baca status saya di sini : 
https://www.facebook.com/groups/6085776790/10151930462911791/?notif_t=group_comment

Tak lama sejak foto itu diupload, beragam komentar pun berdatangan dari mereka. Dengan jumlah Likers di atas 50 liker terbanyak sepanjang sejarah saya menulis status di facebook (xixixixix...).  Setiap mereka punya argumen masing-masing. Bahkan lelucon dan tertawa lepas mereka kirimkan di komentar itu. Ada yang berkomentar miring, jorok, dan menyinggung SARA. Sampai-sampai ada warga asli sini yang keturunan Al Thani ikut mengomentari  komentator yang menyinggung masalah rasisme di Qatar.   Heboh dan seru!, walhasil topik ini menjadi ramai dibicarakan orang-orang dari berbagai kalangan. Secara, topik ini memang berdasarkan fakta di lapangan. Dan banyak orang-orang kita khususnya (red-Indonesia) yang sudah mengalaminya, termasuk anda yang baca tulisan ini kan?.
Lanjut,,,
Maksud saya menulis dan memperpanjang STATUS FACEBOOK saya menjadi sebuah artikel  adalah, ingin mengambil hikmah dan pelajaran dari kontroversi di atas. Well, hikmah atau pelajaran seperti apakah yang akan saya petik?.  Orang bijak adalah orang yang pandai mengambil hikmah dan pelajaran dari suatu kejadian. Allah SWT saja beberapa kali banyak menyebut kisah-kisah zaman dahulu dalam ayat-ayat Al Quran, supaya menjadi pelajaran bagi manusia. Widiiih,,, kejauhan banget dari status facebook di atas dikaitkan dengan Al Quran? ya, mungkin itu sebuah asumsi yang bisa muncul di benak anda. Ketinggian ya? nggak juga. Karena kita sebagai hamba Allah khususnya, tidak lepas dari perkara yang bisa dijadikan pelajaran bagi hidup kita bukan?

***Berhati-hatilah dalam bersikap dan mengambil suatu keputusan.

Sikap kita menjadi barometer dan acuan bagi setiap orang yang melihat, memperhatikan, dan ada di sekitar kita. Baik dan buruknya, tentunya akan selalu mendapatkan komentar yang baik dan buruk pula. Bahkan, sikap yang menurut kita baik, belum tentu semua orang akan menyebut itu baik. Bahkan ada saja yang berasumsi negatif.
Di zaman ini, orang semakin pintar. Mereka bisa beragumentasi sesuai pengetahuan dan pengalaman diri mereka masing-masing. Apapun pun sikap kita, toh komentar yang mereka lontarkan kepada ita tidak akan sama. Jangankan sikap buruk yang dinilai orang pasti buruk. sikap baik yang ada pada kita bisa jadi menjadi buruk di pandangan mereka. Well, it's life...
Hidup bersosial di tengah-tengah masyarakat memang penuh perbedaan. Beda karakter, watak, dan latar belakang. makanan pun berbeda-beda sesuai selera masing-masing, ada yang suka pedas, ada yang suka asin, ada juga yang suka masam dan manis.
Sikap dan ucapan itu satu hal yang selalu bergandengan. Ucapan kita adalah menjadi sikap kita. Semua itu tidak akan lepas dari pantauan orang-orang disekitar kita. Ketika kita mengatakan bahwa pagi itu lebih nikmat bila kita meminum kopi,  namun orang lain akan berkomentar bahwa kopi itu tidak baik diminum saat pagi ketika perut kita kosong. Ada orang lain yang menyarankan sebaiknya awali pagi dengan meminum air putih nan bersih, ada lagi yang bersebrangan, katanya pisang goreng hangat memang mantap di pagi hari. Ya, semua beda pandangan dan pendapat teman....
Dalam menghadapi perbedaan ini, Allah sudah memberikan solusinya kepada kita. Kembalilah kepadaNYa, Al Quran dan hadits Rasullah, Darinya terdapat banyak sekali petunjuk dan bimbingan hidup bagi kita. ketika permasalahan hidup kita hadapi dengan penuh perebedaan dan perselisihan, satu hal yang kita patut ambil langkah adalah kembali kepada petunjuk itu.

*** STATUS FACEBOOK itu menjadi keuntungan bagi orang Indonesia di Qatar.

Tema yang saya singgung di status itu mengenai pengalaman nyata di lapangan. Tentang anggapan dan kesalahan orang dalam meng-etniskan kenegaraaan kita. Hampir setiap kita yang berada di Qatar pernah mengalaminya. Orang Filipina bertemu dengan kita secara langsung berbicara bahasa mereka (Tagalog), tanpa lebih dahulu mencoba berkenalan dengan sekedar bertanya, seperti : " where do u come from?" atau " are you filipino?". Bukan mereka saja, orang-orang yang berasal dari kebangsaan lain contohnya "bawang" atau "onta" pun mengira kita ini orang filipina. Banyak kan yang memanggil kita dengan panggilan khas orang filipina seperti "PARE" yang artinya "BRO" atau "Saudara". Nah, gawat kan?. ternyata orang kita masih belum di kenal di kancah negara kaya minyak ini mas bro?. Buktinya, mereka belum ada yang mendengar kata "MAS" atau "BANG" sebagai kata sapaan buat kita seperti kepada orang filipina. Wajar,  Itu disebabkan karena mereka pendatang terbanyak ke dua setelah orang bawang. Sedangkan kita masih terbilang sedikit alias minoritas, Bro...
So, apa hikmah dari status saya?. Nah, begini... kembali kepada para komentator status saya di ruang grup facebook ini. Tanpa di sadari, mereka mulai mengenal negara kita INDONESIA. Mereka mulai mempelajari sisi perbedaan antara kita dengan Filipina. Mereka mulai ingin tahu, seperti apa INDONESIA. dan yang pastinya mereka tidak akan lagi berani untuk langsung memanggil kita dengan sebutan "PARE" sebelum mereka menanyakan asal negara kita.
Dari diskusi antara komentator itu, tanpa diduga, tenyata sudah mengangkat dan memperkenalkan nama negara kita ke setiap orang yang ada di Qatar. Tinggal tugas kita adalah, memberikan nilai-nilai positif yang bisa menjadi sisi perbedaan dan karakter bangsa kita.
Kita punya banyak nilai posotif yang bisa kita bangun dalam bersosialisasi di negri ini. Baik nilai budaya, ilmu dan karakter bangsa. Budaya kita yang beragam perlu kita tunjukan, baik itu dari segi bahasa, atau pakaian adat dan yang lainnya. Baju Batik dan Baju Koko misalnya. Adapun ilmu, salah satunya kita cukup dikenal dengan wawasan keislaman kita. Gali lagi ilmu agama dan tunjukan kepada mereka bahwa kita yang mayoritas beragama islam punya wawasan keislaman yang cukup kuat, tentu ini menjadi sarana dakwah bagi mereka yang belum mendapat hidayahNya.  Kita punya banyak MUTOWA (imam masjid) di Qatar yang sudah hafal Al Quran dan bahasa arab yang mapan. Kita pun banyak orang-orang pintar yang bekerja di sektor pendidikan, perusahaan-perusahan besar, dan pemerintah di Qatar. terakhir,  nilai karakter kita yang sopan santun masih perlu ditingkatkan. Senyum, sapa dan hormat adalah ciri khas bangsa kita.
So, ini bukan tentang rasisme, bukan pula tentang nasionalisme. Tapi ini tentang bagaimana caranya menepis  asumsi orang kepada kita, bahwa kita bukan Filipina, atau Korea, bukan pula china. Kita orang Indonesia yang kaya akan budaya.

Selamat membaca.

Doha, 17 Maret 2014