Minggu, 20 November 2016
Selasa, 25 Oktober 2016
Menulis sebuah cerita yang kusebut Al Kisah
Tentang aku, manusia pembelajar
Kehidupan yang kubaca dan kucerna
tentang proses itu memiliki tingkat paling pertama
bahwa hasil adalah yang ke dua di mata Tuhan
Tentang aku, manusia pembelajar
Kehidupan yang kubaca dan kucerna
tentang proses itu memiliki tingkat paling pertama
bahwa hasil adalah yang ke dua di mata Tuhan
From zero to hero
Itu semboyan hidupku
Ingin memulai dari biasa menjadi luar biasa
karena hidup perlu perubahan
Bukankah Tuhan sudah menjanjikan dalam ayatNya?
Itu semboyan hidupku
Ingin memulai dari biasa menjadi luar biasa
karena hidup perlu perubahan
Bukankah Tuhan sudah menjanjikan dalam ayatNya?
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” Q. S. Ar Ra'ad: 11
Ya, itu yang kupegang saat itu
perubahan ke arah yang lebih baik
perubahan yang membawa secercah cahaya harapan
karena manusia maha hina, tidak luput dari dosa
perubahan ke arah yang lebih baik
perubahan yang membawa secercah cahaya harapan
karena manusia maha hina, tidak luput dari dosa
Proses tentang sebuah ukhuwah
Atau tentang sebuah pencarian jati diri
bahkan tentang cinta yang kucari
semua itu dinilaiNya dan tak luput dari mataNya
Atau tentang sebuah pencarian jati diri
bahkan tentang cinta yang kucari
semua itu dinilaiNya dan tak luput dari mataNya
Gambar-gambar ini melukiskannya
Tentang aku manusia pembelajar
Ingin kutuliskan semuanya
namun terbatas pada sebuah gambar
Tentang aku manusia pembelajar
Ingin kutuliskan semuanya
namun terbatas pada sebuah gambar
SMI, 26-10-2016
Senin, 24 Oktober 2016
Ada keluh kesah keluar dari mulut si sakit yang berbaring lemah tak berdaya,
Ada tangis dan air mata mengalir di pipi si ibu yang ditinggalkan buah hatinya,
Ada kesedihan yang mendalam tergambar di wajah si miskin yang tak berada,
Ada penyesalan yang tanpak di mata seorang yang berdosa,
Ada secercah harapan dilantunkan dengan merdu oleh kedua orang tua dalam do’a mereka untuk anak- anaknya,
Ada cucuran keringat mengalir dari pori-pori si tua yang jauh dari anak-anaknya,
Ada tawa dan jenaka sang penghibur di dunia laga yang bekerja demi uang rupiah,
Ada masalah yang menimpa,
Ada ujian yang mendera,
Adakah dari mereka yang ingat akan diriNya?
Dialah sang pencipta,
penguasa alam semesta.
*Jakarta, 27 Juni 2009
DIAM
Diam,
Semua diam
Mengapa harus diam?
Mulut tak bisu
Mata tak buta
Tibalah masa
Di mana mata menjadi buta
Hilanglah rasa iba
Lenyaplah kata-kata
Dulu
Rumah bagai istana
Kini hening bagai "astana"
Dulu
Hartamu berlimpah
Kini
Hanyut bagai limbah
Roda kehidupan terus berputar dalam peredaran zaman
Yang sejahtera yang sejahtera
Yang sengsara yang sengsara
Hidup nafsi – nafsi
Hanya karena ambisi duniawi
*setahun yang lalu di kampung halamanku
CINTA
Padaku ada sebuah rasa,
Rasa yang belum terungkap,
Rasa yang telah lama terpendam,
Rasa yang tercipta sejak dulu kala,
Rasa yang wajar bagi setiap manusia,
Rasa yang tak terlarang namun punya suatu aturan,
Rasa yang tertanam dari lubuk hatiku yang paling dalam,
Adakah rasa yang memahami rasaku ini?
Cinta…
Rasa itu semakin menggelora,
Namun aku takut,
Takut sang empunya rasa,
Takut rasa ini melebihi cintaku padaNya,
Ya Robb…
Maafkan hamba,
Hamba terlalu lemah dan tak bisa berdusta ,
Haruskah kuungkapkan rasa ini padanya?
agar aku tak menderita
Jakarta, 4 Juli 2009
SAAT RAMADHAN
Saat mata ini memandang Keindahan paras wanita
Saat itu juga kutundukan hatiku dan berpaling pada Keindahan bidadari di surga
Lalu ku tahu semua itu hanyalah fatamorgana dunia
Kala mata ini melihat megahnya suatu istana di dunia
Kala itu juga mata hatiku tertuju pada lebih megahnya istana di surga,
Lalu dimataku menjadi tak berhargalah bergelimangnya harta
Saat telingaku mendengar alunan lagu yang mengumbar syahwat
Saat itu juga kuteringat akan pahala satu huruf dari ayat – ayatNya
Lalu kualihkan telingaku agar mendengarkan indahnya lantunan ayat suci Al Quran
kuraih dia dan perlahan kumulai membacanya
Kala nafsuku mengajakku untuk masuk ke dalam rambu- rambu laranganNya
Namun ku teringat akan siksa kubur yang sangat pedih dan penuh derita
Ketika perut ini menahan rasa lapar, dan mulut ini kubiarkan kering karena kehausan,
Namun ku ingat akan janjiNya sebagai balasan dari puasaku di akhirat kelak…
Semua itu kulakukan untuk tamu yang mulia
Ramadhan…
*Jakarta, Ramadhan tahun lalu
Menggema bersama desiran pasir
Senja hari ini,
Melukis merahnya langit dengan kobaran rindu
Mengekalkan cinta
Takbir ini,
Menjadi batas antar aku dan kalian
Antara perjuangan dan impian
Antara cucuran keringat dan keringnya luka
Akankah,
Takbir kita,
Abadi menemani senandung para pengembara
Yang mengukir merahnya kelopak mata demi sang pencipta
Takbir kita,
Kini menggelora melukis jejak suci-abadi
Dan menoreh cinta,
Pada jiwa-jiwa mempesona.
Qatar, 28 Ramadhan 1432 Hijriyah
Tangisan Seperti Apakah?
Andai aku seperti angin, yang bebas mencari kabar sebenarnya,
Andai aku seekor cicak di dinding, yang bisa melihatnya dari atap rumah
Andai aku sapu tangan, tentu kau raih aku sebagai pengusap air matamu
Namun… aku jauh,
Antara kita, ada jarak terbentang yang memisahkan,
Pertemuan kita, hanya di balik maya dan suara,
Hanya rasa, dalam jiwa
Yang bertaut dalam keyakinan
Ada persamaan,
Ada kekurangan,
Saling melengkapi
Dalam ikatan suci.
Untukmu yang mendambakan sosok itu,
Qatar, ba’da maghrib 16 September 2011.
Andai aku seperti angin, yang bebas mencari kabar sebenarnya,
Andai aku seekor cicak di dinding, yang bisa melihatnya dari atap rumah
Andai aku sapu tangan, tentu kau raih aku sebagai pengusap air matamu
Namun… aku jauh,
Antara kita, ada jarak terbentang yang memisahkan,
Pertemuan kita, hanya di balik maya dan suara,
Hanya rasa, dalam jiwa
Yang bertaut dalam keyakinan
Ada persamaan,
Ada kekurangan,
Saling melengkapi
Dalam ikatan suci.
Untukmu yang mendambakan sosok itu,
Qatar, ba’da maghrib 16 September 2011.
Senin, 17 Maret 2014
Gawat! Indonesia masih monoritas di Qatar.
Bermula pada status saya yang menyinggung tentang kesamaan etnis
antara orang Indonesia dengan Filipina. Status yang berisi foto yang saya share
di sebuah grup facebook terbuka khusus expatriate
di Qatar. Foto yang tadinya saya buat
karena iseng bin asal jepret ini,
bertemakan tentang banyaknya orang di Qatar yang beranggapan bahwa saya
berasal dari Filipina. Ternyata, tanpa diduga status yang konyol ini
mengundang banyak kontroversi dari
berbagai kalangan (ce' ilee,,, kayak berita aja).
Saya ambil secarik kertas, dan bertuliskan seperti ini :
"SORRY.. I AM INDONESIAN, NOT FILIPINO...!". Lalu saya tempel kertas
itu dengan ke dua tangan saya tepat di dahi saya. KLIK, foto pun melayang ke
halaman facebook grup itu.
*Untuk lebih jelasnya bisa baca status saya di sini :
https://www.facebook.com/groups/6085776790/10151930462911791/?notif_t=group_comment
Tak lama sejak foto itu diupload, beragam komentar pun berdatangan
dari mereka. Dengan jumlah Likers di atas 50 liker terbanyak sepanjang sejarah
saya menulis status di facebook (xixixixix...). Setiap mereka punya argumen masing-masing. Bahkan
lelucon dan tertawa lepas mereka kirimkan di komentar itu. Ada yang berkomentar
miring, jorok, dan menyinggung SARA. Sampai-sampai ada warga asli sini yang
keturunan Al Thani ikut mengomentari
komentator yang menyinggung masalah rasisme di Qatar. Heboh
dan seru!, walhasil topik ini menjadi ramai dibicarakan orang-orang dari
berbagai kalangan. Secara, topik ini memang berdasarkan fakta di lapangan. Dan
banyak orang-orang kita khususnya (red-Indonesia) yang sudah mengalaminya,
termasuk anda yang baca tulisan ini kan?.
Lanjut,,,
Maksud saya menulis dan memperpanjang STATUS FACEBOOK saya menjadi
sebuah artikel adalah, ingin mengambil
hikmah dan pelajaran dari kontroversi di atas. Well, hikmah atau
pelajaran seperti apakah yang akan saya petik?.
Orang bijak adalah orang yang pandai mengambil hikmah dan pelajaran dari
suatu kejadian. Allah SWT saja beberapa kali banyak menyebut kisah-kisah zaman
dahulu dalam ayat-ayat Al Quran, supaya menjadi pelajaran bagi manusia. Widiiih,,,
kejauhan banget dari status facebook di atas dikaitkan dengan Al Quran? ya,
mungkin itu sebuah asumsi yang bisa muncul di benak anda. Ketinggian ya? nggak
juga. Karena kita sebagai hamba Allah khususnya, tidak lepas dari perkara yang
bisa dijadikan pelajaran bagi hidup kita bukan?
***Berhati-hatilah dalam bersikap dan mengambil suatu keputusan.
Sikap kita menjadi barometer dan acuan bagi setiap orang yang
melihat, memperhatikan, dan ada di sekitar kita. Baik dan buruknya, tentunya
akan selalu mendapatkan komentar yang baik dan buruk pula. Bahkan, sikap yang
menurut kita baik, belum tentu semua orang akan menyebut itu baik. Bahkan ada
saja yang berasumsi negatif.
Di zaman ini, orang semakin pintar. Mereka bisa beragumentasi sesuai
pengetahuan dan pengalaman diri mereka masing-masing. Apapun pun sikap kita,
toh komentar yang mereka lontarkan kepada ita tidak akan sama. Jangankan sikap
buruk yang dinilai orang pasti buruk. sikap baik yang ada pada kita bisa jadi
menjadi buruk di pandangan mereka. Well, it's life...
Hidup bersosial di tengah-tengah masyarakat memang penuh perbedaan.
Beda karakter, watak, dan latar belakang. makanan pun berbeda-beda sesuai
selera masing-masing, ada yang suka pedas, ada yang suka asin, ada juga yang
suka masam dan manis.
Sikap dan ucapan itu satu hal yang selalu bergandengan. Ucapan kita
adalah menjadi sikap kita. Semua itu tidak akan lepas dari pantauan orang-orang
disekitar kita. Ketika kita mengatakan bahwa pagi itu lebih nikmat bila kita
meminum kopi, namun orang lain akan
berkomentar bahwa kopi itu tidak baik diminum saat pagi ketika perut kita
kosong. Ada orang lain yang menyarankan sebaiknya awali pagi dengan meminum air
putih nan bersih, ada lagi yang bersebrangan, katanya pisang goreng hangat
memang mantap di pagi hari. Ya, semua beda pandangan dan pendapat teman....
Dalam menghadapi perbedaan ini, Allah sudah memberikan solusinya
kepada kita. Kembalilah kepadaNYa, Al Quran dan hadits Rasullah, Darinya
terdapat banyak sekali petunjuk dan bimbingan hidup bagi kita. ketika
permasalahan hidup kita hadapi dengan penuh perebedaan dan perselisihan, satu
hal yang kita patut ambil langkah adalah kembali kepada petunjuk itu.
*** STATUS FACEBOOK itu menjadi keuntungan bagi orang Indonesia di
Qatar.
Tema yang saya singgung di status itu mengenai pengalaman nyata di
lapangan. Tentang anggapan dan kesalahan orang dalam meng-etniskan kenegaraaan
kita. Hampir setiap kita yang berada di Qatar pernah mengalaminya. Orang
Filipina bertemu dengan kita secara langsung berbicara bahasa mereka (Tagalog),
tanpa lebih dahulu mencoba berkenalan dengan sekedar bertanya, seperti : "
where do u come from?" atau " are you filipino?". Bukan mereka
saja, orang-orang yang berasal dari kebangsaan lain contohnya "bawang"
atau "onta" pun mengira kita ini orang filipina. Banyak kan yang
memanggil kita dengan panggilan khas orang filipina seperti "PARE"
yang artinya "BRO" atau "Saudara". Nah, gawat kan?.
ternyata orang kita masih belum di kenal di kancah negara kaya minyak ini mas
bro?. Buktinya, mereka belum ada yang mendengar kata "MAS" atau
"BANG" sebagai kata sapaan buat kita seperti kepada orang filipina.
Wajar, Itu disebabkan karena mereka
pendatang terbanyak ke dua setelah orang bawang. Sedangkan kita masih terbilang
sedikit alias minoritas, Bro...
So, apa hikmah dari status saya?. Nah, begini... kembali kepada para
komentator status saya di ruang grup facebook ini. Tanpa di sadari, mereka
mulai mengenal negara kita INDONESIA. Mereka mulai mempelajari sisi perbedaan
antara kita dengan Filipina. Mereka mulai ingin tahu, seperti apa INDONESIA.
dan yang pastinya mereka tidak akan lagi berani untuk langsung memanggil kita
dengan sebutan "PARE" sebelum mereka menanyakan asal negara kita.
Dari diskusi antara komentator itu, tanpa diduga, tenyata sudah mengangkat
dan memperkenalkan nama negara kita ke setiap orang yang ada di Qatar. Tinggal
tugas kita adalah, memberikan nilai-nilai positif yang bisa menjadi sisi
perbedaan dan karakter bangsa kita.
Kita punya banyak nilai posotif yang bisa kita bangun dalam
bersosialisasi di negri ini. Baik nilai budaya, ilmu dan karakter bangsa.
Budaya kita yang beragam perlu kita tunjukan, baik itu dari segi bahasa, atau
pakaian adat dan yang lainnya. Baju Batik dan Baju Koko misalnya. Adapun ilmu, salah
satunya kita cukup dikenal dengan wawasan keislaman kita. Gali lagi ilmu agama
dan tunjukan kepada mereka bahwa kita yang mayoritas beragama islam punya
wawasan keislaman yang cukup kuat, tentu ini menjadi sarana dakwah bagi mereka
yang belum mendapat hidayahNya. Kita
punya banyak MUTOWA (imam masjid) di Qatar yang sudah hafal Al Quran dan bahasa
arab yang mapan. Kita pun banyak orang-orang pintar yang bekerja di sektor
pendidikan, perusahaan-perusahan besar, dan pemerintah di Qatar. terakhir, nilai karakter kita yang sopan santun masih
perlu ditingkatkan. Senyum, sapa dan hormat adalah ciri khas bangsa kita.
So, ini bukan tentang rasisme, bukan pula tentang nasionalisme. Tapi
ini tentang bagaimana caranya menepis asumsi orang kepada kita, bahwa kita bukan
Filipina, atau Korea, bukan pula china. Kita orang Indonesia yang kaya akan
budaya.
Selamat membaca.
Doha, 17 Maret 2014
Langganan:
Postingan (Atom)